Sabtu, 17 November 2012

Cerpen Ku Ya Inspirasi Ku

Baiklah, kali ini saya akan memposting kan cerpen buatan saya sendiri :D sebenernya sih saya malu untuk memostingkannya, tetapi saya udah janji dengan temen temen saya, kalo saya ingin memostingkan cerpen buatan saya di blogg saya. Baiklah, tanpa panjang lebar lagi, saya persembahkan cerpen saya, maaf ya kalo kursang bagus :D

*   
     Di apartemen yang sejuk,seorang anak laki-laki yang bernama Imam Apriansyah, Imam  duduk berhadapan dengan Nabilah Ratna Ayu, yaitu seorang gadis kecil yang sangat periang dan juga lucu, dia adalah teman satu apartemen dengan Imam. Mereka hanya duduk berdua saja. Suasananya begitu tenang dan sangat cocok untuk berbincang bincang. Di meja juga terdapat makanan snack dan kue kue kering. Semuanya Nabilah persembahkan hanya untuk Imam yang dia anggap seperti keluarganya sendiri. Imam masih belum sembuh dari demamnya dan wajahnya masih pucat.
   “Sebenarnya ada apa? Ini kan bukan suasana lebaran. Kamu kamu membawa makanan sampai sebanyak ini,makasih,ya. Kamu memang adik yang manis dan penuh perhatian.” Puji Imam.
Muka Nabilah memerah,jarang jarang Imam mengucapkan kata kata emas untuk dirinya. Walau hanya berupa kata kata,itu sangat cukup membuat Nabilah merasa gembira.
Nabilah tersenyum. “Gak apa apa. Kakak kan lagi sakit. Lagi pula gak banyak juga makanan disini. Jadi,aku belikan saja semua ini.
   “Maaf ya soal kemarin…”
   “Oh gak apa apa. Aku ngerti,kok. Justru akulah yang harus minta maaf karena telah mengganggu kakak saat kakak ingin sendirian.” Potong Ayu.
   “Kamu ini,aku jadi khawatir sama kamu. Kamu itu terlalu baik,penuh perhatian dan juga sangat cantik di umurmu yang masih sangat muda ini. Tubuh kamu itu terlalu berharga bagi seorang pria yang bahkan pria baik pun. Bisa bisa kamu malah diperalatnya. Kalau ada yang jahat padamu panggil saja aku.” Gurau Imam.
Lagi lagi muka Nabilah memerah mendengarnya,entah itu gombalan atau sungguhan,Nabilah tetap saja senang. Nabilah tersenyum malu mendengar ucapan Imam tersebut.
   “Oya,apa teman kakak akan datang hari ini?” tanya Nabilah dengan penasaran.
   “Hmm… Aku juga gak tau. Tapi kayaknya sih datang. Apalagi yang namanya Melody  itu.” Tebak Imam.
   “Dia sama perhatiannya dengan mu terhadap ku,mereka adalah teman teman yang sangat berharga bagiku,termasuk kamu.” Tambah Imam.
   “Oh,begitu…”
   “Memangnya kenapa?” tanya Imam dengan heran.
   “Ah,gak apa apa. Cuma ingin tau saja.” Nabilah mau menceritakan bahwa ia bersyukur karena akan ada teman yang sama perhatiannya dengan Imam seperti Melody  yang baru saja dikenalnya. Nabilah sangat yakin behwa ada resa ketulusan didalam diri Melody sehingga Nabilah ingin lebih dekat lagi dengan Melody.
Disebelah televisi terdapat sebuah majalah JKT48. Imam bingung,sejak kapan Imam punya majalah JKT48 dan dari mana asalnya. Imam akhirnya mengingat bahwa majalah itu seperti majalah yang kemarin ditunjukkan oleh Nabilah.  Imam menebak nebak,apakah sebenarnya majalah yang Nabilah tunjukkan itu adalah ternyata untuk dirinya?  Kalau itu benar,tentu Imam akan merasa sangat bersalah. Imam sudah bersikap tidak peduli saat itu,padahal Nabilah hanya ingin memberi kejutan dengan memberikannya majalah itu.
Imam memandang Nabilah sejenak. Kemudian timbul rasa yang amat kasihan. Kehidupannya tidak beda jauh dari kehidupan Imam yang penuh dengan kehampaan. Apalagi Imam sangat benar benar paham akan kehidupannya Nabilah dimasa lalu. Saat itu Nabilah masih sangat kecil dan merasakan bagaimana pahitnya kehidupan yang dialaminya. Mata Imam tampak berkaca kaca. Sejenak Imam tertegun. Menganggapnya seperti adiknya adalah hal yang tepat bagi Imam.
   “Kakak,ada apa?” Nabilah melihat Imam yang tampak berkaca kaca memandanginya.
   “Ah,gak apa apa. Apa kamu udah makan siang?” Imam tidak mau mengatakan isi hatinya. Sangking merasa bersalahnya, Imam tidak berani membicarakan majalah JKT48 pemberian Nabilah itu.
   “Belum,kita makan siang bareng bareng yuk,kak. Rasanya udah lama kita gak makan bersama.”
Lima detik berlalu,bel apartemen sudah berbunyi. Berjalan berjalan membuka pintu. Diluar Melody,Rena, Kurniawan, dan Galileo sudah berdiri di depan pintu,lengkap dengan bungkusan makan siang yang mereka bawa.
Melody,Rena, Kurniawan, dan Galileo berseru bersama dengan nada keras. “Halooo!”
Nabilah tersenyum senang. “Hai,kakak. Ayo masuk!”
Mereka berempat masuk dan langsung menyapa Imam yang sedang duduk di sofa.
   “Halo,Imaaam. Apa kabar?” seru Kurniawan dan Galileo.
   “Hai,semua!” jawab Imam
Kurniawan mengamati wajah Imam dari dekat. “Wah,kelihatannya kamu udah segar bugar. Awas ya kalau besok kamu gak datang ke sekolah. Tanpa mu aku galau!” gurau Kurniawan.
Imam tertawa. “Dasar king of the mahok. Iya,mudah mudahan besok aku bisa masuk ke sekolah.”
   “Hei,jangan terlalu tertekan dengan ucapan Kurniawan. Kalau kamu masih sakit jangan dipaksakan.” Selip Melody.
   “iya, lagian ucapan Kurniawan berunsur kemahok’an.” Selip Rena dengan jahilnya
   “Iya,iya. Iya teman temanku,iya.” Imam tertawa.
   “Kalau begitu aku mau siapkan makan siang dulu. Kita makan sama sama,ya. Nabilah,bias kamu bantu aku menyiapkannya?” tanya Melody.
Nabilah mengangguk. “Ya,kak.”
Lima menit kemudian makanan sudah tertata rapih dimeja. Makanannya lezat lezat,lengkap dengan makanan pencuci mulut. Moment seperti ini jarang sekali terjadi. Melody memandang Rena, Kirigaya dan Imam yang saling bergurau, tertawa bersama dari ruang makan. Tergambar wajah wajah gembira saat semuanya bersama. Melody tersenyum melihat itu semua. Sebaliknya,Nabilah memandangi Melody yang berada tidak jauh dari tempat Melody berdiri. Mereka saling pandang memandang diam diam.
   “Makanannya udah siap! Ayo semuanya kumpul.” Teriak Melody.
Imam kagum melihat semua makanan. “Wah,banyak sekali.”
   “Kamu harus habiskan,ya. Jangan sampai enggak. Biar tubuhmu itu penuh energi.” Ucap Galileo pada Imam.
Imam mengangguk. Mereka berenam duduk bersama sama. Ini adalah moment yang paling ditunggu tunggu Nabilah. Betapa bahagianya Nabilah merasakan ketulusan mereka semua.
Melody meletakan nasi dipiring Nabilah. “Ayo makanlah yang banyak.”
   “Makasih,kakak.”
Semuanya mengunyah dengan sangat lahap.
Terima kasih semuanya. Mungkin ini adalah awal bagiku untuk bisa kembali merasakan kebahagiaan.’ Ucap kata hati Nabilah.
The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar