*
Di apartemen yang sejuk,seorang anak laki-laki yang bernama Imam Apriansyah, Imam duduk berhadapan dengan Nabilah
Ratna Ayu, yaitu seorang gadis kecil yang sangat periang dan juga lucu, dia
adalah teman satu apartemen dengan Imam. Mereka hanya
duduk berdua saja. Suasananya begitu tenang dan sangat
cocok untuk berbincang bincang. Di meja
juga terdapat makanan snack dan kue kue kering. Semuanya Nabilah persembahkan hanya untuk Imam yang
dia anggap seperti keluarganya sendiri. Imam masih
belum sembuh dari demamnya dan wajahnya masih pucat.
“Sebenarnya ada apa? Ini kan bukan suasana
lebaran. Kamu kamu membawa makanan sampai sebanyak ini,makasih,ya. Kamu memang
adik yang manis dan penuh perhatian.” Puji Imam.
Muka
Nabilah memerah,jarang jarang Imam mengucapkan kata kata emas untuk dirinya. Walau hanya berupa kata
kata,itu sangat cukup membuat Nabilah merasa gembira.
Nabilah tersenyum. “Gak
apa apa. Kakak kan lagi sakit. Lagi pula gak banyak juga makanan disini.
Jadi,aku belikan saja semua ini.
“Maaf ya soal kemarin…”
“Oh gak apa apa. Aku ngerti,kok. Justru
akulah yang harus minta maaf karena telah mengganggu kakak saat kakak ingin
sendirian.” Potong Ayu.
“Kamu ini,aku jadi khawatir sama kamu. Kamu
itu terlalu baik,penuh perhatian dan juga sangat cantik di umurmu yang masih
sangat muda ini. Tubuh kamu itu terlalu berharga bagi seorang pria yang bahkan
pria baik pun. Bisa bisa kamu malah diperalatnya. Kalau ada yang jahat padamu
panggil saja aku.” Gurau Imam.
Lagi
lagi muka Nabilah memerah mendengarnya,entah
itu gombalan atau sungguhan,Nabilah tetap saja senang.
Nabilah tersenyum malu mendengar ucapan Imam tersebut.
“Oya,apa teman kakak akan datang hari ini?”
tanya Nabilah dengan penasaran.
“Hmm… Aku juga gak tau. Tapi kayaknya sih
datang. Apalagi yang namanya Melody itu.” Tebak Imam.
“Dia sama perhatiannya dengan mu terhadap
ku,mereka adalah teman teman yang sangat berharga bagiku,termasuk kamu.” Tambah
Imam.
“Oh,begitu…”
“Memangnya kenapa?” tanya Imam dengan heran.
“Ah,gak apa apa. Cuma ingin tau saja.” Nabilah mau
menceritakan bahwa ia bersyukur karena akan ada teman yang sama perhatiannya
dengan Imam seperti Melody yang baru
saja dikenalnya. Nabilah sangat yakin behwa
ada resa ketulusan didalam diri Melody sehingga Nabilah
ingin lebih dekat lagi dengan Melody.
Disebelah
televisi terdapat sebuah majalah JKT48. Imam bingung,sejak kapan Imam punya majalah
JKT48 dan dari mana asalnya. Imam akhirnya mengingat bahwa majalah itu
seperti majalah yang kemarin
ditunjukkan oleh Nabilah. Imam menebak nebak,apakah sebenarnya majalah yang
Nabilah tunjukkan itu adalah ternyata untuk
dirinya? Kalau itu benar,tentu Imam akan merasa sangat bersalah. Imam sudah
bersikap tidak peduli saat itu,padahal Nabilah
hanya ingin memberi kejutan dengan memberikannya majalah itu.
Imam memandang Nabilah sejenak. Kemudian timbul rasa yang amat kasihan. Kehidupannya tidak
beda jauh dari kehidupan Imam yang penuh dengan
kehampaan. Apalagi Imam sangat benar benar
paham akan kehidupannya Nabilah dimasa lalu. Saat itu
Nabilah masih sangat kecil dan merasakan bagaimana
pahitnya kehidupan yang dialaminya. Mata Imam tampak
berkaca kaca. Sejenak Imam tertegun.
Menganggapnya seperti adiknya adalah hal yang tepat bagi Imam.
“Kakak,ada apa?” Nabilah melihat Imam yang tampak berkaca
kaca memandanginya.
“Ah,gak apa apa. Apa kamu udah makan siang?”
Imam tidak mau mengatakan isi hatinya. Sangking
merasa bersalahnya, Imam tidak berani
membicarakan majalah JKT48 pemberian Nabilah itu.
“Belum,kita makan siang bareng bareng
yuk,kak. Rasanya udah lama kita gak makan bersama.”
Lima detik berlalu,bel apartemen sudah berbunyi. Berjalan berjalan membuka pintu. Diluar Melody,Rena, Kurniawan, dan Galileo sudah berdiri di depan pintu,lengkap
dengan bungkusan makan siang yang mereka bawa.
Melody,Rena, Kurniawan, dan
Galileo berseru bersama dengan nada keras. “Halooo!”
Nabilah
tersenyum senang. “Hai,kakak. Ayo masuk!”
Mereka berempat masuk
dan langsung menyapa Imam yang sedang duduk di
sofa.
“Halo,Imaaam. Apa kabar?” seru Kurniawan dan Galileo.
“Hai,semua!” jawab Imam
Kurniawan
mengamati wajah Imam dari dekat.
“Wah,kelihatannya kamu udah segar bugar. Awas ya kalau besok kamu gak datang ke
sekolah. Tanpa mu aku galau!” gurau Kurniawan.
Imam
tertawa. “Dasar king of the mahok.
Iya,mudah mudahan besok aku bisa masuk ke sekolah.”
“Hei,jangan terlalu
tertekan dengan ucapan Kurniawan. Kalau kamu
masih sakit jangan dipaksakan.” Selip Melody.
“iya, lagian ucapan Kurniawan berunsur kemahok’an.” Selip Rena dengan
jahilnya
“Iya,iya. Iya
teman temanku,iya.” Imam tertawa.
“Kalau begitu
aku mau siapkan makan siang dulu. Kita makan sama sama,ya. Nabilah,bias kamu bantu aku
menyiapkannya?” tanya Melody.
Nabilah
mengangguk. “Ya,kak.”
Lima menit kemudian makanan sudah tertata rapih dimeja.
Makanannya lezat lezat,lengkap dengan makanan pencuci mulut. Moment seperti ini
jarang sekali terjadi. Melody memandang Rena, Kirigaya dan Imam yang saling bergurau, tertawa bersama dari ruang makan. Tergambar wajah
wajah gembira saat semuanya bersama. Melody tersenyum melihat itu semua.
Sebaliknya,Nabilah memandangi Melody
yang berada tidak jauh dari tempat Melody berdiri. Mereka saling pandang
memandang diam diam.
“Makanannya
udah siap! Ayo semuanya kumpul.” Teriak Melody.
Imam kagum
melihat semua makanan. “Wah,banyak sekali.”
“Kamu harus
habiskan,ya. Jangan sampai enggak. Biar tubuhmu itu penuh energi.” Ucap Galileo pada Imam.
Imam
mengangguk. Mereka berenam duduk bersama
sama. Ini adalah moment yang paling ditunggu tunggu Nabilah. Betapa bahagianya Nabilah merasakan
ketulusan mereka semua.
Melody meletakan nasi dipiring Nabilah. “Ayo makanlah yang banyak.”
“Makasih,kakak.”
Semuanya mengunyah dengan sangat lahap.
‘Terima kasih semuanya. Mungkin ini adalah awal
bagiku untuk bisa kembali merasakan kebahagiaan.’
Ucap kata hati Nabilah.
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar